Hijrah dan Kemerdekaan
atas Penindasan
Secara terminologi, Islam
memiliki arti yakni selamat. Selamat dari jalan-jalan kesesatan masa
jahiliyah untuk selanjutnya menjadi bangsa yang berperadaban tinggi,
serta bertaqwa kepada Allah swt tanpa menduakannya. Jika kita tinjau
lebih jauh lagi, Islam sendiri merupakan agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad saw yang notabene merupakan nabi terakhir yang diturunkan
oleh Allah dengan seperangkat tugas untuk menyempurnakan risalah atas
nabi-nabi pendahulu beliau. Selain itu, Islam pun juga menawarkan
sejumlah seruan keselamatan kepada umatnya yang mana seruan
keselamatan tersebut selain sebagai penyelamat atas sejumlah
kesesatan-kesesatan yang pernah terjadi, juga sebagai penyelamat
menjelang Hari Akhir atau Hari Kiamat.
Sebagai agama
penyempurna sekaligus penyelamat, Islam memiliki 2 ajaran pokok
sebagai pedoman hidup umatnya, yakni Hablun Minallah (Hubungan
kepada Allah) dan Hablun Minannas (Hubungan kepada sesama
manusia). Dalam Hablun Minallah, umat Islam tidak
diperbolehkan melakukan ritual-ritual penyembahan lain kecuali yang
diperintahkan-Nya melalui ajaran Islam. Kenapa? Karena memang seperti
itulah metodologi yang diturunkan kepada umat Islam agar tetap
menyembah Allah secara Esa, sebagai satu kesatuan Khaliq.
Hablun Minallah sendiri hanya memiliki cakupan yang sempit,
hanya berlaku kepada individu-individu yang telah mendeklarasikan
diri menjadi umatnya melalui 2 kalimat Syahadat; Mengakui Allah
sebagai Tuhan Yang Maha Esa, dan mengakui nabi Muhammad sebagai nabi
terakhir sekaligus nabi pembawa ajaran Islam.
Dalam Hablun
Minannas, umat Islam diajarkan
menjadi individu-individu yang baik secara pribadi maupun kolektif
untuk saling mengisi dalm kontribusinya pada suatu organisasi sosial
yang ia tempati. Hablun Minannas
sendiri mengatur bagaimana proses dan etika individu umat Islam dalam
menjalin hubungan sosialnya di lingkungan sehari-hari. Oleh sebab
itulah, dalam Hablun Minannas
sendiri umat Islam diperbolehkan untuk melakukan interaksi dan
menjalin relasi seluas-luasnya, kecuali yang dilarang. Mengapa?
Karena Islam sendiri datang sebagai penyempurna risalah-risalah nabi
sebelumnya sekaligus penyelamat umatnya dari Hari Akhir, sehingga
diharapkan sebisa mungkin umat Islam dalam tiap interaksinya selalu
menjauhkan diri dari sifat-sifat Fasik, Munafik, hingga Maksiat.
Sifat-sifat
Fasik, Munafik, hingga Maksiat sendiri merupakan sifat-sifat tercela
di mata Allah, yang malah menyebabkan ketidakstabilan dan kesenjangan
dalam suatu tatanan kemasyarakatan. Kesenjangan ekonomi dan sosial,
beredarnya penyakit-penyakit masyarakat, termasuk juga keberadaan
konflik, lahir dari sifat-sifat tersebut. Itulah yang dinamakan
setan, yakni sifat-sifat tercela manusia yang saling menjatuhkan dan
merugikan pihak lain. Islam sendiri memberikan sebuah penawar dalam
menghadapi setan-setan tersebut, termasuk di dalam sebuah interaksi
sosial, dari sinilah proses pembebasan dimulai.
Secara
individual, umat Islam diperintahkan membebaskan diri dari
sifat-sifat setan yang merasuki dirinya, dan kembali bertaqwa kepada
Allah Yang Maha Esa. Lalu, secara kolektif, umat Islam sendiri juga
diperintahkan untuk membebaskan tataran masyarakat—termasuk
aparatur organisasi sosial, yang masih dirasuki oleh setan. Seperti
misalnya dalam peristiwa Hijrah, nabi Muhammad bersama Abu Bakar
Ash-Shidiq dan beberapa pengikut-pengikut lain berusaha pergi dari
kota Mekkah yang masih dikuasai oleh kaum kafir Quraisy menuju
Madinah. Sebenarnya, kedua kota ini masih belum menerima ajaran Islam
secara masif, lalu kenapa nabi Muhammad bersedia pergi dari Mekkah
yang masih jahiliyah menuju Madinah yang juga sama? Karena nabi
Muhammad sendiri telah menyaksikan bagaimana dirinya maupun umat
Islam lain ditindas oleh bangsanya sendiri (kaum Quraisy) di Mekkah.
Termasuk juga bagaimana praktik-praktik penindasan tersebut juga
telah menimbulkan korban jiwa, yakni Sumayyah binti Khayyath, seorang
budak wanita yang tewas disiksa tuannya karena telah mengikuti ajaran
Islam.
![]() |
| Gambar 3. Hijrah adalah serangkaian proses manusia untuk melangkah ke kehidupan yang lebih baik. |
Mengetahui
hal ini, nabi Muhammad atas wahyu dari Allah, memutuskan untuk hijrah
dalam rangka menyelamatkan umat Islam yang masih awal guna melindungi
diri dari penindasan. Pilihan pertama jatuh kepada Thaif (kini
Jeddah), masih di dekat Mekkah. Namun, masyarakat di Thaif pun juga
melakukan hal serupa kaum Quraisy Mekkah terhadap umat Islam,
sehingga rencana hijrah ke Thaif di-cancel.
Selang beberapa waktu, rencana hijrah kedua telah disusun kembali,
yakni ke Abbyssinia, di benua Afrika. Rencana ini berhasil, umat
Islam pun diterima dengan tangan terbuka oleh Raja Abbysinia yang
merupakan pemeluk Kristen yang taat. Walau demikian, nabi Muhamad
tidak turut ke dalam rombongan hijrah ini, karena ia diminta oleh
Allah untuk tetap berlaga di medan juangnya sendiri, yakni
semenanjung Arab.
Rencana
hijrah ketiga telah disusun, kali ini ke Madinah yang jauh dari
Mekkah. Pilihan jatuh ke Madinah karena masyarakat Madinah sendiri
memiliki pemikiran yang terbuka dan dinamis, sebagai efek dari sebuah
kota dagang yang banyak dilintasi berbagai jenis masyarakat dan
kebudayaan. Hal ini berkebalikan dengan Mekkah dan Thaif yang
masyarakatnya masih konservatif dan tetap berusaha menjaga dominasi
kekuasaan mereka. Perjalanan dimulai, diawali oleh nabi Muhammad dan
Abu Bakar, lalu dikuti oleh umat Islam yang lain. Sepanjang
perjalanan, nabi Muhammad dan umat Islam pun masih tetap
dikejar-kejar oleh kaum Quraisy Mekkah. Berbagai intimidasi dan
ancaman tetap dikeluarkan oleh kaum Quraisy Mekkah agar nabi Muhammad
dan umat Islam lainnya menggagalkan rencananya untuk hijrah ke
Madinah.
![]() |
| Gambar 4. Masjid Quba, masjid pertama yang didirikan oleh Nabi Muhammad saw. |
Pendirian
telah bulat, walaupun diterpa berbagai intimidasi, hijrah ke Madinah
pun tetap dilaksanakan. Hingga sesampainya rombongan di kota Quba
(dekat Madinah) pada waktu Subuh, pengejaran kaum Quraisy Mekkah
telah berhenti. Nabi Muhammad beserta rombongan pun mendirikan sebuah
masjid di Quba dengan 2 tujuan; untuk menunaikan ibadah Sholat Subuh,
juga sebagai monumen kemerdekaan umat Islam atas penindasan kaum
Quraisy Mekkah.
Dari sini, kita pun mencapai pada suatu titik kesimpulan atas peristiwa hijrah ini, yakni membebaskan diri maupun kolektif dari setan-setan yang bertujuan untuk merusak tatanan hidup pribadi maupun masyarakat.




Komentar
Posting Komentar