gambar 1. Teori evolusi mahluk hidup
Teori evolusi, adalah suatu teori mengenai perkembangan masyarakat dari yang awalnya sederhana, menuju tingkat yang lebih tinggi. Teori ini mengacu pada teori evolusi biologi yang dipelopori oleh Charles Darwin, seorang filsuf dan biolog asal Inggris. Banyak di antara sekian banyak filsuf sosial maupun antropolog yang menggunakan teori ini. Karl Marx, seorang filsuf asal Jerman sekaligus bapak komunisme dunia juga menganut teori ini. Ia mengemukakan, bahwa masyarakat selalu berkembang dari tingkat sederhana menuju tingkat kompleks. Sistem dan struktur sosial menurut Karl Marx yakni; 1. Komunal primitive, 2. Zaman perbudakan, 3. Feodalisme, 4. Kapitalisme, 5. Sosialisme, dan 6. Komunal modern. Begitu juga dengan seorang antropolog asal Inggris, Alfred Redcliff Brown. Ia juga mengemukakan bahwa struktur sosial bersifat statis yang apabila berubah selalu berjalan lambat, sedangkan realitas dari struktur sosial bersifat dinamis dan selalu mengalami perubahan dan pergantian.
gambar 2. Charles Darwin sang pelopor teori evolusi
Teori evolusi biasanya digunakan oleh para antropolog untuk mempelajari suatu kebudayaan dengan menggunakan metode pendekatan diakronik. Para antropolog evolusioner berpendapat bahwa apabila terdapat beberapa unsur yang sama dalam kebudayaan yang berbeda, hal itu bukan dikarenakan proses interaksi diantara kebudayaan tersebut, melainkan karena penemuan secara bebas (independent invention) mengenai unsur-unsur tersebut hingga akhirnya berada pada tingkat yang sama. Dan setiap kekurangan yang dimiliki oleh suatu kebudayaan, hal itu dikarenakan perbandingan tidak setara kebudayaan tersebut terhadap kebudayaan lain yang lebih kompleks dan tinggi tingkatannya. Namun apakah benar demikian? Berikut pemaparan saya pribadi.
1. Evolusi selalu dinamis, walaupun temponya berbeda. Jika hanya mengenai perubahan secara dinamis, apakah bukan berarti manusia merupakan mahluk yang dinamis dan selalu berubah? Dalam hal ini saya masih sepakat dengan teori evolusi.
2. Evolusi berkembang secara lambat. Mengenai keterlambatan perkembangan, bukankah itu merupakan suatu proses adaptasi manusia untuk berubah dari nilai yang lama menuju nilai yang baru? Maksudnya jika secara lambat, hal ini mengacu pada poin yang pertama, "walaupun temponya berbeda". Apakah berarti revolusi merupakan suatu proses evolusi dengan tempo yang sangat cepat? Saya rasa masih sedikit lebih logis juga.
3. Evolusi selalu berkembang secara progress. Jika saya diperkenankan menggunakan teori kosmos dalam evolusi maupun revolusi, bumi yang kita pijaki ini berputar mengelilingi matahari tiap tahunnya hingga akhirnya kembali lagi pada posisi semula. Lalu jika saya mengacu pada teori Karl Marx, manusia berawal pada sistem sosial komunal primitive dan diprediksi akan berakhir pada sistem komunal yang modern. Begitu pula dengan sejarah dominasi peradaban masa lampau, dimulai dari mikroba, serangga, reptilia, mamalia, hingga manusia, semuanya secara bergantian mendominasi bumi ini. Apakah ini berarti mahluk yang dominan tersebut mengalami perubahan secara biologis? Dari yang awalnya mikroba berkembang menjadi serangga, menjadi reptilia, menjadi mamalia, hingga manusia. Jika kita teliti secara biologis, mahluk-mahluk dominan tersebut jelas berbeda secara genetis, fisiologis, dan morfologis. Bahkan dalam era dominasi manusia seperti sekarang ini, kita masih menemui mikroba, serangga, reptilia, dan mamalia dengan ukuran yang tidak lagi sebesar ketika mereka masih mendominasi bumi ini dulu.
Jadi proses perkembangan masyarakat tidak hanya sebatas dari sederhana menjadi kompleks, atau sederhananya, tidak hanya dari tidak ada menjadi ada, namun dari tidak ada, menjadi ada, dan kembali lagi menjadi tidak ada. Hal itu disebabkan karena faktor psikologis manusia yang memang selalu berkembang menjadi lebih baik. Dalam hal ini, saya kurang sepakat dengan teori evolusi.
4. Evolusi sama sekali bersifat non-borrowing. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu berinteraksi terhadap alam lingkungannya. Tidak terbatas kepada manusia saja, tetapi manusia juga berinteraksi dengan hewan, pohon, bahkan mahluk halus sekalipun baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan dari proses interaksi ini, manusia memperoleh suatu pengetahuan yang membuat manusia itu sendiri tergerak menuju perubahan. Seperti yang kita ketahui, pengetahuan yang disampaikan kepada orang lain, lambat laun berkembang menjadi kebudayaan. Dan ketika kebudayaan sudah tidak lagi relevan atau kalah saing dengan kebudayaan lain dalam hal mendominasi kehidupan manusia, maka kebudayaan itu lambat laun ditinggalkan dan kembali lagi menjadi pengetahuan.
gambar 3. Manusia berevolusi dari tingkat sederhana menuju tingkat yang lebih kompleks
Jika boleh saya komparasikan dengan zaman global seperti sekarang ini, manusia dapat dengan mudah bertatap muka dengan manusia lain yang berbeda latar belakang kebudayaannya, sehingga semakin memudahkan proses interaksi antar manusia, bahkan antar kebudayaan. Maka dari itu, proses evolusi kebudayaan yang mengatakan bahwa pengetahuan yang di dapat bersifat non-borrowing, hal itu salah besar. Pengetahuan di dapat melalui proses interaksi manusia dengan objek apapun yang ditemuinya, yang kemudian secara berangsur-angsur manusia itu berusaha untuk menirunya dan memodifikasinya agar sesuai dengan kebutuhannya. Seperti kerajaan Inggris, kekaisaran Jepang, kerajaan Arab Saudi, hingga kerajaan-kerajaan kuno nusantara yang tetap berdiri sampai sekarang, berupaya menjaga eksistensinya dengan mengadopsi serta memodifikasi unsur-unsur monarki yang mereka miliki agar relevan dengan era sekarang. Mereka sudah tidak lagi mempertahankan sistem feudal mereka. Mereka berusaha mengadopsi serta memodifikasi nilai-nilai demokratis era modern ini hingga akhirnya melahirkan sistem baru yang disebut monarki konstitusional.
gambar 4. Teori seleksi alam yang juga dikemukakan oleh Charles Darwin
Charles Darwin sendiri, sebagai pelopor teori evolusi, mengatakan bahwa dalam proses evolusi mahluk hidup, hanya yang lolos dari seleksi alam saja lah yang mampu bertahan dari kepunahan. Itu berarti bahwa mahluk hidup membutuhkan suatu rangsangan untuk berubah agar akhirnya mereka tetap bertahan hidup, tergantung seberapa cepat tempo mereka dalam proses perubahan tersebut. Dalam hal perubahan masyarakat, teori evolusi hanyalah sebatas proses adaptasi manusia terhadap pengetahuan yang dimilikinya, bukan benar-benar terdapat dalam alam pikiran manusia itu sendiri. Selebihnya pengetahuan di dapatkan oleh manusia sebagai hasil dari proses interaksi mereka terhadap alam lingkungannya. Jadi, masyarakat berkembang atas dasar agar mereka dapat tetap bertahan dari ketiadaan, sehingga mereka mencoba menyesuaikan nilai-nilai yang mereka miliki dengan keadaan-keadaan yang terdapat di dalam ruang lingkup mereka tinggal.
"I think, therefore I am" ~ Rene Descartes




Komentar
Posting Komentar